Oleh: Eko WKS
(Baraya Heritage – Nge-blog Tipis-tipis Versi Lapangan)
Menulis ringan, tapi maknanya dalam agar kita semua tak menua tanpa cerita.
Cari Blog Ini
Kamis, 23 Oktober 2025
GERBANG KEMBANG KUNING - PINTU SUNYI KOTA SURABAYA
Selasa, 21 Oktober 2025
Titik Nol Kota Bogor – Jejak yang Nyaris Terlupa
(Baraya Heritage – Nge-blog Tipis-tipis Versi Lapangan)
Jejak Rel di Tanah Pesisir – Stasiun Pangandaran
Senin, 20 Oktober 2025
Jejak F. Silaban – Rumah Sang Arsitek Bangsa di Buitenzorg
Jejak F. Silaban – Rumah Sang Arsitek Bangsa di Buitenzorg
Eko WKS – Baraya Heritage
Akhir pekan kali ini saya berjalan menyusuri sudut-sudut Buitenzorg, nama lama dari Kota Bogor yang selalu punya aroma masa lalu. Di antara rintik hujan dan rindangnya pepohonan tropis, saya tiba di sebuah jalan kecil yang namanya begitu istimewa — Jl. Arsitek F. Silaban.
Sebuah papan hijau berdiri di pinggir jalan, sederhana namun penuh makna. Nama itu membawa kita kepada sosok besar: Friedrich Silaban (1912–1984), arsitek kebanggaan Indonesia yang merancang Masjid Istiqlal, Bank Indonesia, dan rancangan awal Monumen Nasional (Monas). Namun di balik bangunan monumental itu, ternyata ada sisi lain: rumah yang sederhana, tenang, dan menyatu dengan alam.
Rumah Tropis Sang Maestro
Rumah di Jl. Arsitek F. Silaban ini tampak mencerminkan jati diri sang arsitek.
Atapnya tinggi dan miring — bentuk khas arsitektur modern tropis, dirancang agar udara mengalir bebas di bawah genteng, menyesuaikan iklim lembap Bogor.
Dinding batu alam berpadu dengan jendela besar berbingkai kayu. Halaman depannya luas, dipenuhi pepohonan mangga dan kelapa yang seolah menjaga keteduhan rumah.
Tak ada ornamen berlebihan, tak ada kemewahan mencolok. Justru dalam kesederhanaan itulah tampak kecerdasan arsitektural Silaban: fungsional, manusiawi, dan kontekstual dengan lingkungan tropis Indonesia.
Lebih dari Sekadar Arsitek
Friedrich Silaban dikenal sebagai arsitek idealis yang tak mudah berkompromi.
Ia pernah bersaing dalam sayembara nasional untuk merancang Monumen Nasional dan memenangkan sayembara Masjid Istiqlal, yang kemudian menjadi simbol toleransi dan kemerdekaan bangsa.
Namun Silaban juga seorang yang sederhana. Rumah pribadinya ini menjadi bukti bahwa ia bukan hanya membangun monumen untuk negara, tapi juga ruang hidup yang berjiwa — tempat keluarga, ide, dan ketenangan berpadu.
Buitenzorg, Rumah Sejarah yang Hidup
Buitenzorg, atau Bogor, memang dikenal sebagai kota berhawa sejuk dan sarat peninggalan kolonial. Tapi bagi saya, setiap sudutnya punya kisah baru — seperti rumah ini, yang mungkin sering luput dari perhatian publik.
Menyusuri jalan ini, saya merasa seolah berjalan dalam waktu: dari masa kolonial, menuju masa pasca-kemerdekaan, lewat jejak langkah seorang arsitek yang membangun identitas Indonesia lewat rancangan dan prinsipnya.
Penutup
Hari itu, hujan masih rintik-rintik. Saya berdiri di depan rumah F. Silaban, memandang bangunan yang tenang namun penuh arti. Dalam diamnya, rumah ini seolah berkata:
“Warisan bukan selalu tentang kemegahan. Kadang, ia hadir dalam kesederhanaan yang abadi.”
Setiap langkah di tempat seperti ini selalu mengingatkan saya bahwa waktu boleh berjalan, tapi cerita… tak pernah benar-benar berakhir.
Saya hanyalah penikmat bangunan tua dan cerita yang tersisa.
Jangan Menua Tanpa Cerita – bersama saya, Eko WKS.
Buitenzorg, Jawa Barat
Minggu, 19 Okt 2025