Dentang Sunyi dari Tahun 1906: Lonceng Bersejarah di Jantung Cianjur
Oleh: Eko WKS
Cianjur bukan hanya tentang tauco. Di balik kelezatan kuliner dan keindahan alamnya, kota ini menyimpan jejak-jejak sejarah yang tak kalah menarik untuk ditelusuri. Salah satunya adalah sebuah lonceng tua yang berdiri anggun di halaman Kantor Bupati Cianjur.
Lonceng ini bukan sekadar hiasan atau spot foto menarik. Ia adalah warisan masa kolonial Belanda—sebuah artefak yang dulu memiliki fungsi sangat penting. Pada zamannya, dentang lonceng ini digunakan sebagai penanda waktu. Ia dibunyikan saat jam kerja dimulai, saat istirahat tiba, atau ketika terjadi peristiwa penting yang harus diketahui seluruh aparat pemerintahan dan masyarakat sekitar.
Yang membuat lonceng ini istimewa adalah tulisan yang terukir di permukaannya, yaitu:
"DE BURGEMEESTER VAN TJIANJOER ANNO 1906"
yang berarti: "Wali Kota Cianjur Tahun 1906"
Lalu terdapat pula tulisan lain yang tak kalah penting:
"BATAVIA"
dan di bawahnya:
"N.V. NEDERLANDSCHE GIETERIJ"
yang merujuk pada nama pembuat lonceng—sebuah perusahaan pengecoran logam Belanda yang bermarkas di Batavia (Jakarta sekarang) pada masa Hindia Belanda.
Tulisan-tulisan ini mempertegas bahwa lonceng tersebut dibuat dan didatangkan langsung dari pusat pemerintahan kolonial. Keberadaannya bukan hanya simbol kekuasaan lokal, melainkan bagian dari sistem administratif dan budaya kolonial yang tertanam kuat di kota-kota penting seperti Cianjur.
Kini, meskipun tak lagi dibunyikan, lonceng ini tetap berdiri kokoh—menjadi saksi bisu perjalanan panjang kota ini. Banyak warga dan wisatawan yang menyempatkan diri untuk berfoto atau merenung di bawahnya. Dalam diamnya, lonceng ini tetap bersuara—mengingatkan kita bahwa sejarah bukan untuk dilupakan.
Cianjur bukan hanya tauco. Ia adalah kota dengan warisan, dengan gema masa lalu yang terus hidup dalam wujud-wujud seperti lonceng ini.
Jangan menua tanpa cerita.